Kamis, 29 November 2012

Wasiat Habib Abdullah Alwi Al Haddad Kehadiran Hati dan Kekhusyukan Anggota Tubuh Saya berpesan, hendaklah anda selalu menghadirkan diri dan mengkhusyukkan anggota badan di saat melakukan ibadah-ibadah anda. Dengan demikian anda akan meraih buah hasilnya dan tersinari oleh percikan cahayanya. Dan hendaklah anda selalu dalam keadaan siap untuk menerima pengawasan Allah atas segala gerak geri anda. Camlah selalu dalam hati anda bahwa Allah Swt. Adalah Maha cermat dalam pengamatan-Nya dan Maha dekat dengan diri anda. Upayakanlah agar anda mampu menjadi penasihat bagi diri anda sendiri dan sekaligus pemberi peringatan kepadanya. Ajaklah ia ke jalan Allah dengan Hikmah kebijaksanaan serta nasihat yang baik. Berikan pengertian kepadanya bahwa pengabdian dan ketaatan kepada Allah Swt. Akan membawa rasa kenikmatan abadi, serta kemulian dan kekayaan yang besar. Sebaliknya, meninggalkan pengabdian dan ketaatan lalu melakukan perbuatan maksiat, akan berakibat seksaan batin yang pedih dan kehinaan yang besar. Nafsu manusia, kerana kebodohannya, tidak mahu melakukan atau meninggalkan apa pun kecuali demi sesuatu yang diingininya ataupun yang ditakutinya. Ini mengingat nafsu manusia memang bertabiat selalu malas melakukan ketaatan dan sebaliknya cenderung melakukan pelanggaran. Saya juga berpesan, hendaklah anda tidak mensia-siakan sedetik pun dari waktu-waktu anda, bahkan setarikan nafas pun, kecuali yang akan membawa manfaat bagi diri anda dalam kehidupan akhirat anda ataupun kehidupan dunia anda yang dapat menolong anda di dalam kehidupan akhirat kelak. Menghilangkan Was-Was Setan Dari Dalam Hati Adakalanya muncul dalam hati manusia pelbagai was-was (bisikan jahat setan yang menimbulkan keraguan dalam hati), yang paling sulit diantaranya ialah menyangkut masalah akidah, demikian pula dalam pelbagai amalan peribadatan. Adapun salah satu cara agar bisa terhindar dari was-was itu ialah, antara lain dengan meneliti secara saksama:apabila was-was tersebut sudah jelas-jelas berkaitan dengan kebatilan, seperti meragukan tentang eksistensi Allah dan hari akhirat, maka tiada jalan lain baginya kecuali harus menolaknya dengan tegas, dengan berpaling darinya dan memohon perlindungan Allah Swt. Secara tulus, seraya memperbanyak zikir kepada-Nya. Akan tetapi bilamana bisikan was-was itu masih dalam kerangka sesuatu yang meragukan:apakah termasuk sesuatu yang haqq atau bathil, maka hendaklah meminta fatwa tentang hukumnya kepada orang-orang yang berilmu dan beroleh petunjuk;kemudian berpegang erat-erat dengan fatwa mereka dan mengandalkannya. Adapun setiap perbuatan hati yang dilakukan tanpa adanya unsur kesengajaan, maka kafarat (penebus)-nuya adalah dengan bersikap membencinya. Menjaga Lidah Saya berpesan kepada anda agar berupaya sungguh-sungguh dalam menjaga llidah dari ucapan sia-sia. Sebab, lidah adalah cermin isi hati. Kata seorang bijak: “Lidah itu bagaikan binatang buas, bila egkau mengurungnya, ia akan menjagamu. Tetapi bila engkau melepaskannya, ia akan menerkammu”. Oleh sebab itu, usahakanlah menyibukkan lidah anda hanya dengan sesuatu yang memanng termasuk urusan anda sendiri, misalnya dengan membaca Al-Quran, berzikir dan menyeru manusai ke arah kebaikan. Jangan sekali-kali melibatkannya dalam hal-hal bukan urusan anda. Iaitu ucapan-ucapan yang tidak anda harapkan pahalanya apabila anda ucapkan, dan yang tidak pula anda khuatirkan akan terkena hukuman apabila tidak anda ucapkan. Setiap ucapan menimbulkan konsekuensi antara lain terjerumus dalam suatu tindakan terlarang atau menyia-yiakan waktu yang amat berharga dalam hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat atau meningggalkan bekas yang tidak menyenangkan di dalam hati. Jelasnya, setiap gerak yang dilakukan atau kalimat yang diucapkan, pasti akan meninggalkan bekas didalam hati. Jika hal itu merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah Swt, nescaya akan menimbulkan cahaya di dalamnya. Dan sekiranya hal itu merupakan sesuatu yang mubah sekalipun (yang tidak dianjurkan dan tidak pula dilarang), maka kebanyakan dari hal itu akan menimbulkan kekerasan hati. Apalagi jika hal itu merupakan sesuatu yang terlarang, nescaya akan menimbulkan kegelapan. Selanjutnya saya berpesan kepada anda agar menghindarkan lidah dan hati anda dari segala perbuatan yang merugikan kaum Muslim secara keseluruhan. Seperti, misalnya berprasangka buruk terhadap mereka. Kerananya jangan sekali-kali bergaul dan duduk berbincang-bincang dengnan orang-orang yang suka menggunjing atau menujukan cercaan terhadap kaum muslim. Dan jika sampai ke pendengaranmu tentang suatu pebuatan buruk dari seseorang di antara mereka (kaum muslim), sedangkan anda merasa mampu menasihatinya, maka lakukanlah. Atau jika tidak – jangan sekali-kali menyebutkan tentang keburukannya itu di hadapan orang lain, sehingga dengan demikian anda telah melakukan dua keburukan sekaligus: pertama dengan tidak memberinya nasihat; dan kedua, mengucapkan sesuatu yang buruk berkenaan dengan peribadi seorang muslim. Berbangga Diri Selanjutnya, saya berpesan hendaknya anda tidak merasa diri lebih baik dari orang lain. Apabila perasaan seperti itu terlintas dalam hati anda, sedarilah betapa anda sudah sering kali melakukan kesalahan-kesalahan di masa lalu. Bagaimanapun juga, seorang yang berakal sihat pasti mengetahui bahawa dirinya sendiri sarat dengan berbagai aib dan kesalahan. Maka hendaklah ia menyakini hal itu dan tidak meragukannya sedikit pun. Dan tidaklah sepatutnya ia menuduh siapa pun dengan keburukan yang belum tentu ada padanya. Sebab, kebanyakkan dari apa yang anda ketahui dari saudara-saudara anda adalah berdasarkan persangkaan dan dugaan semata-mata. Sedangkan persangkaan adalah ucapan-ucapan yang paling banyak mengandung kebohongan (sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis-penerj.) Disamping itu, mungkin saja terdapat alasan-alasan pemaafan berkaitan dengan sebahagian keburukan yang diperkirakan seperti itu. Walaupun demikian, tidak sepatutnya seseorang membuka pintu pemaafan bagi dirinya sendiri, mengingnat hal itu akan membuat hati lebih cenderung kepada penyia-yiaan waktu dan terjerumus lebih dalam lagi dalam lembah-lembah syahwat hawa nafsu. Sungguh, betapa perlunya bagi setiap individu pada zaman ini untuk memberikan dalih-dalih pemaafan serta alasan-alasan pembenaran bagi orang lain, mengingat langkahya orang-orang yang benar-benar jujur dan istiqamah, di samping banyaknya berita-berita bohong yang disebarluaskan oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Menjauhkan Diri Dari Pergaulan Yang Tidak Sihat Sungguh berbahagialah orang yang memisahkan diri dari masyarakat zaman ini, dan lebih memilih menyibukkan dirinya bersama Tuhannya daripada melibatkan diri dalam pergaulan dengan mereka dan segala keburukan mereka; dengan penuh ketabahan, sampai datangnya ‘keyakinan’ yang berupa pembukaan pintu hatinya ke arah alam malakut yang tinggi-jika ia termasuk dalam kalangan ‘khusus’ atau sampai datang kepadanya ‘keyakinan’ yang lain, yakni kematian, sebagaimana diisyaratkan (dalam Al-Quran), baik ia tergolong di kalangan khusus ataupun awam. Oleh sebab itu, saya berpesan kepada anda, jauhkanlah dirimu dari pergaulan dengan siapa saja yang curigai keadaannya; jangan duduk-duduk besama mereka, atau bercampur gaul dengan mereka. Kecuali dalam keadaan di mana anda sangat memerlukannya. Itu pun dengan penuh kewaspadaan dan sikap hati-hati, demi terhindarnya anda dari keburukan anda sendiri an terhindarnya anda dari keburukan mereka. Demikian itulah hendaknya dasar niat anda ketika menjauhi pergaulan dengan mereka itu. Maka janganlah duduk bersama siapa pun kecuali mereka yang akan memberimu manfaat dalam agamamu. Apabila hal seperti itu sulit terlaksana, maka larilah menjauh dari mereka yang akan membawa petaka bagi agamu, sebagaimana anda lari jauh menjauh dari binatang buas, bahkan labih dari itu. Kerana binatang buas hanya akan melukai anggota tubuhmu, yang nantinya hanya akan menjadi mangsa ulat bumi, sedangkan setan yang satu ini akan merosak kalbumu, yang dengannya anda mengenal Tuhan dan agama anda, dan akan menghantarmu ke akhirat dengan selamat. Kewajipan Mengenali Dasar Hukum Allah dalam Segala Hal Saya berpesan agar anda tidak melibatkan diri dalam suatu perkara apa pun yang belum anda ketahui dasar hukum Allah tentangnya. Upayakanlah mencar kejelasan terlebih dahulu mengenai ketetapan hukum Allah itu sebelum bertindak,s ehingga cukup jelasa bagi anda, mana yang diredhai Allah mengenai tindakan anda itu, dan mana yang ahrus anda tinggalkan. Dengan demikian, anda telah melakukan atau meninggalkan suatu pekerjaan dengan kepastian dan niat yang baik adanya. Bersikap Tawadhu’ (Rendah Hati) Saya juga berpesan agar anda selalu bersikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap tawadhu’ adalah sifat yang terpuji pada segala kondisi, kecuali dalam satu hal saja, yaitu ber-tawadhu’ di hadapan para ahli dunia dengan tujuan ingin mendapatkan sesuatu dari dunia mereka atau harta mereka. Sedangkan sifat takabur (angkuh atau tinggi hati) adalah sifat yang amat tercela pada segala kondisi, kecuali dalam hal mneghadapi orang-orang zalim yang terus menerus berbuat kezaliman. Sikap yangd emikian itu demi menujukan teguran atau protes keras terhadap mereka, asal saja keangkuhan seperti itu hanya tampak secara lahirian saja, sementara hati kita kosong dari sifat keangkuhan seperti itu. Melakukan Kebajikan Terhadap Sesama Muslim Saya berpesan hendaklah anda selalu meniatkan yang baik-baik saja bagi seluruh kaum Muslim. Cintailah bagi mereka apa yang anda cintai bagi diri anda sendiri, dalam urusan duniawi maupun ukhrawi dan tidak menyukai sesuatu yang menimpa mereka sebagaimana anda tidak menyukai hal itu menimpa diri anda sendiri baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi. Berdialoglah dengan mereka ucapan-ucapan yang baik, tidak yang mengandung pelanggaran. Ucapkan salam kepada mereka kapan saja bertemu. Bersikaplah selalu rendah hati, lemah lembut, penuh kasih sayang terhadap mereka. Tunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada siapa-siapa yang berperilaku baik, dan upayakanlah agar memaafkan siapa-siapa yang berperilaku buruk. Dan berdoalah bagi mereka yang berdosa agar Allah Swt memberikan kemudahan kepada mereka untuk segera bertaubat. Dan bagi mereka yang telah berbuat kebaikan agar Allah Swt. Menganugerahkan sifat istiqamah, atau konsisten dalam melakukan kebaikan-kebaikan sampai akhir hayat. Jangan sekali-kali bersikap atau bergaya hidup meniru-niru kaum yang sombong dan angkuh, baik dalam cara mereka berbicara, berbusana, berjalan, duduk dan sebagainya. Kerana barangsiapa meniru tingkah laku dan kebiasaan suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka juga, sekalipun ia sendiri tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang biasa mereka lakukan. Ini meliputi semua aspek kehidupan, yang baik apalagi yang buruk. Membiasakan Diri Hidup Sederhana Saya juga berpesan kepada anda, hendaklah selalu menngutamakan keserdehanaan dalam pola kehidupan anda sehari-hari, baik yang berkenaan dengan makanan, busana maupun rumah tempat tinggal anda. Semata-mata demi bersikap rendah hati (ber-tawadhu’) dalam agama, lebih mengutamakan akhirat dan sebagai manifestasi dari menjadikan Nabi Muhammad Saw. Sebagai teladan utama. Ketahuilah bahawa melaksanakan keserdahanaan dalam kehidupan duniawi merupakan titk pangkal dari segala kebaikan. Dan tidaklah Allah Swt. Mengkhususkan seseorang dengan sikap seperti itu, kecuali ia pasti mengkehendaki kemuliaan baginya dalam kehidupan didunia maupun di akhirat. Dengan syarat, ia merasa ridha (puas hati) sepenuhnya atas apa yang dianugerahkan Allah Swt. baginya, tidak tertarik kepada keindahan duniawi yang ada di sekelilingnya dan tidak mengharap-harap diberikan kepadanya apa yang diberikan oleh-Nya kepada para ahli dunia, agar ia dapat merasakan kenikmatan duniawi seperti yang mereka rasakan.
***Syeikh Abu Bakar bin Salim*** Syeikh Abu Bakar bin Salim ialah syeikh Islam dan teladan manusia. Pemimpin alim ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang menunjukkan jalan Ilahi dengan wataknya. Pembimbing kepada kebenaran dengan perkataannya. Para ulama di zamannya mengakui keunggulannya. Dia telah menyegarkan berbagai warisan pendahulu-pendahulunya yang saleh. Titisan dari Hadrat Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim Rabbani. Imam kebanggaan Agama, Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya. Beliau lahir di Kota Tarim yang makmur, salah satu kota di Hadramaut, pada tanggal 13 Jumadi Ats-Tsani 919 H. Dia kota itu, dia tumbuh dengan pertumbuhan yang saleh, di bawah tradisi nenek moyangnya yang suci dalam menghafal Al-Quran. Orang-orang terpercaya telah mengisahkan; manakala beliau mendapat kesulitan menghafal Al-Quran pada awalnya. Ayahnya mengadukan halnya kepada Syeikh Al-Imam Syihabuddin bin Abdurrahman bin Syeikh Ali. Maka Syeikh itu bertutur: “Biarkanlah dia! Dia akan mampu menghafal dengan sendirinya dan kelak dia akan menjadi orang besar. Maka menjadilah dia seperti yang telah diucapkan Syeikh itu. Serta-merta, dalam waktu singkat, dia telah mengkhatamkan Al-Quran. Kemudian dia disibukkan dengan menuntut ilmu-ilmu bahasa Arab dan agama dari para pembesar ulama dengan semangat yang kuat, kejernihan atin dan ketulusan niat. Bersamaan dengan itu, dia memiliki semangat yang menyala dan ruh yang bergelora. Maka tampaklah tanda-tanda keluhurannya, bukti-bukti kecerdasannya dan ciri-ciri kepimpinannya. Sejak itu, sebagaimana diberitakan Asy-Syilly dalam kitab Al-Masyra’ Ar-Rawy, dia membolak-balik kitab-kitab tentang bahasa Arab dan agama dan bersungguh-sungguh dalam mengkajinya serta menghafal pokok-pokok dan cabang-cabang kedua disiplin tersebut. Sampai akhirnya, dia mendapat langkah yang luas dalam segala ilmu pengetahuan. Dia telah menggabungkan pemahaman, peneguhan, penghafalan dan pendalaman. Dialah alim handal dalam ilmu-ilmu Syariat, mahir dalam sastra Arab dan pandai serta kokoh dalam segenap bidang pengetahuan. Dalam semua bidang tersebut, beliau telah menampakkan kecerdasannya yang nyata. Maka, menonjollah karya-karyanya dalam mengajak dan membimbing hamba-hamba Allah menuju jalan-Nya yang lurus. Guru-guru beliau Para guru beliau antara lain; Umar Basyeban Ba’alawi, ahli fiqih yang saleh, Abdullah bin Muhammad Basahal Bagusyair dan Faqih Umar bin Abdullah Bamakhramah. Pada merekalah dia mengkaji kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah. Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Bajamal Asy-Syibamy dan Ad-Dau’any juga termasuk guru-guru beliau. Hijrahnya dari Tarim Dia beranjak dari Kota Tarim ke kota lain bertujuan untuk menghidupkan pengajian. memperbarui corak dan menggalakkan dakwah Islamiyah di jantung kota tersebut. Maka berangkatlah beliau ke kota ‘Inat, salah satu negeri Hadramaut. Dia menjadikan kota itu sebagai kota hijrahnya. Kota itu dia hidupkan dengan ilmu dan dipilihnya sebagai tempat pendidikan, pengajaran dan pembimbingan. Tinggallah di sana hingga kini, masjid yang beliau dirikan dan pemakaman beliau yang luas. Syahdan, berbondong-bondonglah manusia berdatangan dari berbagai pelosok negeri untuk menimba ilmunya. Murid-murid beliau mengunjunginya dari beragam tempat: Hadramaut, Yaman, Syam, India, Indus, Mesir, Afrika, Aden, Syihr dan Misyqash. Para murid selalu mendekati beliau untuk mengambil kesempatan merasai gambaran kemuliaan dan menyerap limpahan ilmunya. Dengan merekalah pula, kota ‘Inat yang kuno menjadi berkembang ramai. Kota itu pun berbangga dengan Syeikh Imam Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi. Karena berkat kehadiran beliaulah kota tersebut terkenal dan tersohor, padahal sebelumnya adalah kota yang terlupakan. Tentang hal itu, Muhammad bin Ali bin Ja’far Al-Katsiry bersyair: Ketika kau datangi ‘Inat, tanahnya pun bedendang Dari permukaannya yang indah terpancarlah makrifat Dahimu kau letakkan ke tanah menghadap kiblat Puji syukur bagi yang membuatmu mencium tanah liatnya Kota yang di dalamnya diletakkan kesempurnaan Kota yang mendapat karunia besar dari warganya Dengan khidmat, masuklah sang Syeikh merendahkan diri Duhai, kota itu telah terpenuhi harapannya. Akhlak dan kemuliaannya Dia adalah seorang dermawan danmurah hati, menginfakkan hrtanya tanpa takut menjadi fakir. Dia memotong satu dua ekor unta untuk para peziarahnya, jika jumlah mereka banyak. Dan betapa banyak tamu yang mengunjungi ke pemukimannya yang luas. Dia amat mempedulikan para tamu dan memperhatikan keadaan mereka.Tidak kurang dari 1000 kerat roti tiap malam dan siangnya beliau sedekahkan untuk fuqara’. Kendati dia orang yang paling ringan tangannya dan paling banyak infaknya, dia tetap orang yang paling luhur budi pekertinya, paling lpang dadanya, paling sosial jiwanya dan paling rendah hainya. Sampai-sampai orang banyak tidak pernah menyaksikannya beristirehat. Syeikh ahli fiqih, Abdurrahman bin Ahmad Bawazir pernah berkata: “Syeikh Abu Bakar selama 15 tahun dari akhir umurnya tidak pernah terlihat duduk-duduk bersama orang-orang dekatnya dan orang-orang awam lainnya kecuali ntuk menanti didirikannya saolat lima waktu”. Syeikh sangat mengasihani orang-orang lemah dan berkhidmat kepada orang-orang yang menderita kesusahan. Dia memperlihatkan dan menyenangkan perasaan mereka dan memenuhi hak-hak mereka dengan baik. Di antara sekian banyak akhlaknya yang mulia itu adalah kuatnya kecintaan, rasa penghormatan dan kemasyhuran nama baiknya di kalangan rakyat. Selain murid-murid dan siswa-siswanya, banyak sekali orang berkunjung untuk menemuinya dari berbagai tempat; baik dari Barat ataupun Timur, dari Syam maupu Yaman, dari orang Arab maupun non-Arab. Mereka semua menghormati dan membanggakan beliau. Ibadah dan pendidikannya Seringkali dia melakukan ibadah dan riyadhah. Sehingga suatu ketika dia tidak henti-hentinya berpuasa selama beberapa waktu dan hanya berbuka dengan kurma muda berwarna hijau dari Jahmiyyah di kota Lisk yang diwariskan oleh ayahnya. “Di abnar, dia berpuasa selama 90 hari dan selalu sholat Subuh dengan air wudhu Isya’ di Masjid Ba’isa di Kota Lask. Dalam pada itu, setiap malamnya di berangkat berziarah ke makam di Tarim dan sholat di masjid-masjid kota itu. Di masjid Ba’isa tersebut, dia selalu sholat berjamaah. Menjelang wafat, beliau tidak pernah meningalkan sholat Dhuha dan witr. Beliau selalu membaca wirid-wirid tareqat. Dia pribadi mempunyai beberapa doa dan salawat. Ada sebuah amalan wirid besar miliknya yang disebut “Hizb al-Hamd wa Al-Majd” yang dia diktekan kepada muridnya sebelum fajar tiba di sebuah masjid. Itu adalah karya terakhir yang disampaikan ke muridnya, Allamah Faqih Syeikh Muhammad bin Abdurrahman Bawazir pada tanggal 8 bulan Muharram tahun 992 H. Ziarah ke makam Nabi Allah Hud a.s adalah kelazimannya yang lain. Sehingga Al-Faqih Muhammad bin Sirajuddin mengabarkan bahawa ziarah beliau mencapai 40 kali. Setiap malam sepanjang 40 tahun, dia beranjak dari Lask ke Tarim untuk sholat di masjid-masjid kedua kota tersebut sambil membawa beberapa tempat minum untuk wudhu, minum orang dan hayawan yang berada di sekitar situ. Ada banyak pengajaran dan kegiatan ilmiah yang beliau lakukan. Konon, dia membaca kitab Al-Ihya’ karya Al-Ghazzali sebanyak 40 kali. Beliau juga membaca kitab Al-Minhaj-nya Imam Nawawi dalam fiqih Syafi’i sebanyak tiga kali secara kritis. Kitab Al-Minhaj adalah satu-satunya buku pegangannya dalam fiqih. Kemudian dia juga membaca Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah di depan gurunya, Syaikh Umar bin Abdullah Bamakhramah. Karya-karyanya Antara lain: Miftah As-sara’ir wa kanz Adz-Dzakha’ir. Kitab ini beliau karang sebelum usianya melampaui 17 tahun. Mi’raj Al-Arwah membahas ilmu hakikat. Beliau memulai menulis buku ini pada tahun 987 H dan menyelesaikannya pada tahun 989 H. Fath Bab Al-Mawahib yang juga mendiskusikan masalah-masalah ilmu hakikat. Dia memulainya di bulan Syawwal tahun 991 H dan dirampungkan dalam tahun yang sama tangal 9 bulan Dzul-Hijjah. Ma’arij At-Tawhid Dan sebuah diwan yang berisi pengalaman pada awal mula perjalanan spiritualnya. Kata Mutiara dan Untaian Hikmah Beliau memiliki banyak kata mutiara dan untaian hikmah yang terkenal, antara lain: Pertama: Paling bernilainya saat-saat dalam hidup adalah ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu. Sebaliknya adalah ketika kamu masih menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah sampai kau fanakan dirimu dan kau hapuskan inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya (dalam keadaan tak memiliki apa pun juga), tidak akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa tidak mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu apapun) maka tidak akan melihat Allah. Karena segala tempat hanya untuk mengalirkan apa yang di dalamnya. Kedua: Ungkapan beliau untuk menyuruh orang bergiat dan tidak menyia-nyiakan waktu: “Siapa yang tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai garis akhir (nihayat). Dan orang yang tidak bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan mencapai kebenaran (musyahadat). Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berjuang di jalan Kami, maka akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami”. Siapa pun yang tidak menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu) tidak akan selamat dari berbagia afat (malapetaka). Orang-orang yang telah melakukan kesalahan, maka layak mendapat siksaan. Ketiga: Tentang persahabatan: “Siapa yang bergaul bersama orang baik-baik, dia layak mendapatkan makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang bergaul dengan para pendosa dan orang bejat, akan berhak mendapat hina dan api neraka”. Keempat: Penafsirannya atas sabda Rasul s.a.w: “Aku tidaklah seperti kalian. Aku selalu dalam naungan Tuhanku yang memberiku makan dan minum”. Makanan dan minuman itu, menurutnya, bersifat spiritual yang datang datang dari haribaan Yang Maha Suci”. Kelima: Engkau tidak akan mendapatkan berbagai hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-benda yang kau cintai (’Ala’iq). Orang yang rela dengan pemberian Allah (qana’ah), akan mendapt ketenteraman dan keselamatan. Sebaliknya, orang yang tamak, akan menjadi hina dan menyesal. Orang arif adalah orang yang memandang aib-aib dirinya. Sedangkan orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib orang lain. Banyaklah diam maka kamu akan selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak menyesal. Keenam: Benamkanlah wujudmu dalam Wujud-Nya. Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah) Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah mendapat janji-Nya. Ambillah dari ilmu apa yang berguna, manakala engkau mendengarkanku. Resapilah, maka kamu akan meliht ucapan-ucapanku dlam keadaan terang-benderang. Insya-Allah….! Mengertilah bahawa Tuhan itu tertampakkan dalam kalbu para wali-Nya yang arif. Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya, raib dari pandangan alam-raya melaluiKebenderangan-Nya. Di pagi dan sore hari, mereka menjadi orang-orang yang taat dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan sujud, riang dan digembirakan (dengan berita gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya. Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Tuhan untuk mereka”. Ketujuh: Orang yang bahagia adalah orang yang dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efesien yang terdekat, melainkan murni anugerah fadhl dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat. Adapun dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah orang yang Allah bahagiakan mereka dengan amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka, adalah orang yang Allah celakakan mereka dengan meninggalkan amal-amal saleh serta merusak Syariat - kami berharap ampunan dan pengampunan dari Allah. Kelapan: Orang celaka adalah yang mengikuti diri dan hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah orang yang menentang diri dan hawa nafsunya, minggat dri bumi menuju Tuhannya, dan selalu menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w. Kesembilan: Rendah-hatilah dan jangan bersikap congkak dan angkuh. Kesepuluh: Kemenanganmu teletak pada pengekangan diri dan sebaliknya kehancuranmu teletak pada pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau umbar, maka engkau pasti akn menang (dalam melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang bijak adalah orang yang mengenal dirinya sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak mengenal dirinya. Betapa mudah bagi para ‘arif billah untuk membimbing orang jahil. Karena, kebahagiaan abadi dapt diperoleh dengan selayang pandang. Demikian pula tirai-tirai hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali memandang selain-Nya. Padahal Hakikat itu juga jelas tidak erhalang sehelai hijab pun. Relakan dirimu dengan apa yang telah Allah tetapkan padamu. Sebagian orang berkata: “40 tahun lamanya Allah menetapkan sesuatu pada diriku yang kemudian aku membencinya”. Kesebelas: Semoga Allah memberimu taufik atas apa yang Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan tatacara mengikut apa yang dilarang dan diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah kepada hamba-hamba Allah. Karena prasangka buruk itu bererti tiada taufik. Teruslah rela dengan qadha’ walaupun musibah besar menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang indah (Ash-Shabr Al-Jamil) dalam dirimu. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah mengganjar orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan. Tinggalkanlah apa yang tidak menyangkut dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap dirimu”. Keduabelas: Dunia ini putra akhirat. Oleh karena itu, siapa yang telah menikahi (dunia), haramlah atasnya si ibu (akhirat). Masih banyak lagi ucapan beliau r.a. yang lain yang sangat bernilai. Manaqib (biografi) beliau Banyak sekali buku-buku yang ditulis mengenai biorafi beliau yang ditulis para alim besar. Antara lain: Bulugh Azh-Zhafr wa Al-Maghanim fi Manaqib Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim karya Allamah Syeikh Muhammad bin Sirajuddin. Az-Zuhr Al-Basim fi Raba Al-Jannat; fi Manaqib Abi Bakr bin Salim Shahib ‘Inat oleh Allamah Syeikh Abdullah bin Abi Bakr bin Ahmad Basya’eib. Sayyid al-Musnad pemuka agama yang masyhur, Salim bin Ahmad bin Jindan Al-’Alawy mengemukakan bahawa dia memiliki beberapa manuskrip (naskah yang masih berbentuk tulisan tangan) tentang Syeikh Abu Bakar bin Salim. Di antaranya; Bughyatu Ahl Al-Inshaf bin Manaqib Asy-Syeikh Abi Bakr bin Salim bin Abdullah As-Saqqaf karya Allamah Muhammad bin Umar bin Shalih bin Abdurraman Baraja’ Al-Khatib.